Merasa Pintar Neraka Hasilnya Benar sekali…kalimat tersebut. Mengapa? Saat kita...

Merasa Pintar Neraka Hasilnya



Benar sekali…kalimat tersebut.

Mengapa? Saat kita merasa pintar, kita

akan selalu berargumentasi untuk

mengalahkan orang lain. Saat itu ego

kita membesar. Ketika ego semakin

besar, sesungguhnya kita sedang

menjerumuskan diri ke lobang neraka

semakin dalam. Saat berdebat,

walaupun sesungguhnya yang kita

perdebatkan adalah sesuatu yang kita

tidak tahu kepastiannya, kita tetap

saja ngotot. Belum tentu juga lawan

bicara kita mengerti hal yang

diomongkan. Semuanya hanya

berasumsi ‘benar’.

Kita marah dan jengkel. Kita

melupakan bahwa siapapun yang

menag tidak berarti sama sekali. Hal

seperti ini sama dengan ketika dua

kampung berkelahi. Ke duanya

memperebutkan pepesan kosong.

Siapapun yang menang, tidak akan

mendapatkan sesuatu. Si pemenang

hanya mendapatkan pepesan kosong.

Si kalah rusak. Jelas ke duanya rugi. Si

pemenang dapat dipastikan menang

tanpa perlawanan.

Saling memaki dan menghujat. Itulah

perdebatan dua atau lebih orang

pintar. Secara tidak sadar mereka

sedang mengumbar amarah. Padahal,

belum tentu yang dipertahankan juga

benar. Siapa yang tahu? Semuanya

masih berkisar asumsi. Ke duanya

memperdebatkan teratu atau tidak

alam ini. Jelas-jelas hanya asumsi. Si

pemenang juga tidak dapatkan

sesuatu. Yag kalah juga ngomel. Tetapi

yakinlah bahwa ke duanya tidak akan

mendapatkan kepuasan. Karena ke

duanya sedang menghambakan diri

pada amarah dan kejengkelan. Sedang

menuhankan egonya.

Ke duanya sedang melaju

membenamkan diri ke dalam neraka.

Sayang sekali telah membuang waktu

hanya memperdebatkan pepesan

kosong. Sama sekali tidak bermanfaat

bagi sang jiwa. Mereka tidak sadar

bahwa kemenangan dunia berarti

kemenangan neraka. menang di dunia

memperbesar ego. Kita lupa, benarkah

di dunia ini kita memperbesarkan ego?

Surga hanya bisa dicapai oleh mereka

yang melepaskan diri dari keterikatan.

keterikatan membuat manusia betah di

dunia. Dunia inilah neraka. Bukankah

bapa Adam saat melanggar larangan

dengan makan buah terlarang

langsung dihukum oleh Tuhan? Di usir

dari surga. berarti, saat ini kita berada

di neraka; tempat bapa Adam

menjalani hukuman.

Masih betah di neraka? Silakan

berhamba pada ego. Silakan merasa

pintar sehingga tetap betah di neraka.

Hanya si bodoh penghuni surga.

Mengapa? Hanya seorang bodoh yang

tidak mau berdebat dan merasa pintar.

Seorang bodoh ‘bisa merasa’. Bukan:

‘merasa bisa’. Bisa merasa bahwa

berdebat sesuatu yang tidak

diketahuinya adalah perbuatan sia-sia.

Hanya seorang bodoh yang bisa merasa

bahwa memperbesar ego berarti

membunuh keilahian dalam dirinya.

Hanya seorang bodoh sadar bahwa

antar dirinya dan Tuhan tidak ada

keterpisahan. Mengapa? Karena

seorang bodoh tidak banyak bertanya,

kemudian meyakini bahwa Tuhan

berada lebih dekat dari urat lehernya.

Hanya seorang bodoh yang percaya

bahwa wajah Allah di barat, di timur,

dan dimana-mana….

Hanya orang bodoh yang secara

membabi but a bersedia menafikkan

egonya demi memuliakan keilahian

dalam dirinya…..

Pilihan di tangan kita. Tiada

seorangpun bisa memilih jalan pintar

atau bodoh yang kita tempuh….

kompasiana.com

0 komentar:

Posting Komentar