Siapa yang Menciptakan Alam Semesta? Sebagai orang yang beragama saya tidak den...

Siapa yang Menciptakan Alam Semesta?



Sebagai orang yang beragama saya tidak dengan serta merta menisbikan ilmu pengetahuan. Begitu juga sebaliknya, sebagai penyuka science bukan berarti saya serempak akan meniadakan agama. Bagi saya pribadi, agama dan ilmu pengetahuan adalah dua kesatuan yang berbeda namun tiada terpisahkan. Selayaknya sebuah coin, ia memiliki dua sisi yang bertolak belakang tapi Anda tak bisa memisahkannya. Dua kesatuan yang bertolakbelakang itu akan tetap menyatu dan saling membutuhkan, seberapa besarpun daya tolak di antara keduanya. Dan saya mencintai serta mengamini kedua-duanya pada tataran yang berbeda.



Dua tahun lalu Hawking dan Leonard Mlodinow menuliskan buku yang menggemparkan banyak orang. Membolak-balikkan kepercayaan banyak orang. Dan menusuk sanubari orang-orang yang menganut agama apa saja, serta mereka yang percaya keberadaan TUHAN. Buku yang mereka tulis berjudul The Grand Design, sebuah paradigma modern yang menyatakan dan ‘membuktikan’ bahwa alam semesta ternyata tercipta dengan sendirinya (came out of nothing). Dan para ilmuwan sanggup membuktikannya. Buku yang mereka tulis bukan sebuah karya science fiction semata, tapi sebuah tulisan yang memakai hukum-hukum fisika dan hukum-hukum alam dalam menyatakan kebenaraannya. Merupakan tulisan yang mendekati sempurna secara ilmu pengetahuan. Itu terlihat dari banyaknya dukungan para scientist lain. Sehingga di ujung kesimpulan dari buku tersebut mempertanyakan ini: Jika ternyata alam semesta tercipta out of nothing, di mana peran Sang Creator? Alam semesta tidak membutuhkan sesuatu atau seseorang untuk menciptakannya. Hawking mengatakan “One can’t prove that God doesn’t exist, but science makes God unnecessary.” Ketika dalam sebuah wawancara TV ia ditanyai Larry King apakah ia percaya adanya Tuhan, ia menjawab secara diplomatis bahwa GOD mungkin/ boleh saja ada, tapi ketika science dapat memberikan jawaban atas segalanya, maka GOD menjadi tidak dibutuhkan lagi.



Buku The Grand Design ketika pertama kali diterbitkan di Amerika langsung menjadi best seller, dua hari kemudian buku itu diterbitkan di Inggris dan menjadi second best seller di sana. Saya tidak mungkin menuliskan di sini secara teoritis hasil penelitian yang ditulis oleh Hawking dan ia tuangkan dalam buku itu. Tapi secara gamblang Hawking ingin menegaskan beberapa hal utama melalui bukunya itu. Pertama, alam semesta bekerja melalui hukum-hukum alam yang pasti, dan bukan karena kehendak TUHAN. Ia juga mengondisikannya melalui teori kuantum , teori relativitas dan grativitas secara gamblang. Jadi intinya, teori quantum mechanics dan teori relativitas meniadakan keberadaan Sang Pencipta. Kedua, katanya kita sebenarnya bisa mendapatkan penjelasan secara runut apa itu alam semesta, bagaimana ia bermula, dan apa yang menyebabkan ia bisa tercipta dari sesuatu yang sama sekali tidak ada menjadi ada, secara spontan. Tanpa bantuan siapapun dan oleh apapun.



Hawking menulis: Because there is a law such as gravity, the universe can and will create itself from nothing. Spontaneous creation is the reason there is something rather than nothing, why the universe exists, why we exist. It is not necessary to invoke God to light the blue touch paper and set the universe going.



The Grand Design secara lugas dan tegas menjelaskan tentang bagaimana alam semesta tercipta tanpa campur tangan TUHAN. Sangat masuk akal. Dan penjelasan secara science sepertinya tak terbantahkan. Sekali lagi, sepertinya. Tapi bukan berarti tidak dapat dibantah sama sekali! Ilmu teologi dan religiositas mengcounter balik setiap pernyataan dalam buku itu dengan tak kalah kerasnya. Para teolog, agamawan pun tak mau tinggal diam. Tapi apa mau dikata, bagaimanapun kita tidak bisa menyalahkan begitu saja para ilmuwan, sebab mereka bisa menjelaskan dan memberi bukti apa yang mereka sampaikan. Secara ilmiah tentunya.

kompasiana.com




0 komentar:

Posting Komentar